Honesty is an expensive give, don’t hope it from cheap people

Bagian 1
“Saya nggak mau satu kelompok dengan Alief bu, saya ikut kelompok Eko saja.” Arif melirikku sinis.
“Waduh, enggak bisa Rif, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Kelompok Eko sudah pas 6 orang.” Bu enje tersenyum lalu menambahkan, “ Alief kan jago Bahassa Inggris, kamu malah beruntung Rif!”
“Hah, beruntung? Buntung ya iya….orang egois gitu kok. Udah pelit, sombong pula.  Gak asyik deh!!”  Arif menggerutu dan tak mau beranjak dari bangkunya. Aku pura-pura tidak mendengar dan bersiap pindah ke bangkunya Arif. Lebih baik mengalah saja lah, dari pada pelajaran terganggu.
Ternyata usahaku sia-sia. Saat pantatku baru saja menyentuh bangku di sebelahnya, Arif langsung berdiri. Bu Enje, saya masuk kelompok Eko saja bu.
Miss Enje nampak menghela napas, berpikir langkah apa yang akan diambil untuk mengatasi Arif yang memang keras kepala. “Biar saya yang masuk kelompok Alief bu,” Hendri mengemasi peralatan sekolahnya dan berdiri.  Dalam hati aku bersyukur atas keikhlasan Hendri.  “Trim’s ya Hen…, You save my day.”
“Aku hanya kasihan sama miss Enje…it’s not for your sake, bro.” Hendri tersenyum tipis.
“Whatever  your reason is….” Kujawab setengah berbisik, karena aku tahu Hendri tidak ingin tertangkap basah akrab denganku.
Setahun sudah kujalani masa-masa di SMK Ndole ini, dan hari-hari yang sepi dan penuh kebencian harus kulewati sendiri. Untung saja aku ikut OSIS, sehingga kesepianku sedikit terobati. Bayangkan saja, diantara 31 orang teman sekelasku hanya Hendra dan David yang mau menyapaku. Itupun belum tentu setiap hari. Sedangkan Rois dan Ismail, paling-paling hanya tersenyum. Komunikasiku hanya terbatas dengan guru dan beberapa teman dari kelas lain yang juga pengurus OSIS.  Kadang-kadang aku juga merasa capek dan ingin berhenti menjadi egois, tapi setiap kali aku selalu ingat janjiku pada ayah. Aku merasa aku harus menepati janjiku pada almarhum ayah, menurut pada pesan terakhirnya. No matter what happen!!

“Dewe ra nduwe bandha le, duwene mung awak karo ati. Awakmu dijaga ben sehat, atimu kudu tansah jujur, inshaallah uripmu slamet ndonya akherat “(Kita tidak punya uang nak, yang kita punya hanya badan dan jiwa. Badanmu dijaga biar sehat, dan jiwamu harus selalu jujur, inshaallah selamat dunia akhirat.) Pesan bapak yang ini selalu terngiang di telingaku, bergema di seluruh jiwaku.

nj

Comments

Popular posts from this blog

Indonesian Vegetables

A Magic Leaf Called 'Sambung Nyawa'

Khasiat Daun Pulutan