Honesty is an expensive give, don’t hope it from cheap people


Bagian 2
“Today is the ‘show your skill day’…..please prepare to present your Haiku! I’ll give an extra point for anyone of you who present it the first time.”
Tak seperti biasanya, pelajaran bahasa Inggris kali ini membuat nyaliku ciut. Sungguh aku kaget dan ketakutan mendengar kata-kata Mrs. Enje. Sekilas aku melihat Arif, melirikku dan tersenyum puas. Segera aku bangkit dan maju kedepan mendekati Mrs. Enje yang tengah mengeluarkan daftar nilai. Senyum ramahnya menyejukkan hatiku tapi tak mampu mengusir gugup dan gundah yang kurasakan.
“What’s the matter, Alief?”
“Emm, I am so sorry Mom. May I talk to you?”
Mrs Enje tersenyum geli, “We’re talking now, aren’t we?”
“Hehe…Iya bu.” Hatiku mulai tenang mendengar candaan bu Enje. “Mom, I apologize….saya belum mengerjakan tugas Mrs. Enje. Saya salah bu, karena saya tidak masuk minggu lalu dan saya juga lupa bertanya pada teman-teman tentang pelajaran minggu lalu.”
“Well, you know that you are wrong. So, what will you do?”
“Suruh push up bu!” Arif mengacungkan jari, memprovokasi.
“Iya bu, push up 50 kali!” Eko menyahut.
“I will do the task now, Mom. And as usual I will write the task 50 times as the punishment.”
“Ok, then…please do it now.”
“Kok Alief tidak disuruh push up? Mentang-mentang kesayangan…” kudengar Arif menggerutu di belakang.
“Siap, mom. Thank you so much, and sekali lagi saya minta maaf bu.” Mrs Enje mengangguk, tersenyum penuh pengertian. Aku tahu mrs Enje tahu yang terjadi di kelas kami.
“Anak-anak, Alief tidak mengerjakan PR dan sesuai kesepakatan kita, yang tidak mengerjakan PR akan menulis PR nya sebanyak 50 kali sebagai hukuman. Nah sekarang, siapa lagi yang belum mengerjakan PR atau mencontek PR teman? Saya beri kesempatan untuk membuat pengakuan daripada nanti ketahuan belakangan. Ada yang lupa atau mencontek? Atau memberikan contekan pada teman?” tidak ada yang menjawab pertanyaan Mrs. Enje.
“Oke, nampaknya tidak ada yang lupa mengerjakan PR maupun mencontek. Nah, saya ingatkan sekali lagi kalau nanti ketahuan ada yang curang maka akan ada hukuman tambahan seperti yang telah kita sepakati bersama. Now, let’s start ‘show your skill day’!”
Pelajaran hari ini berjalan lancar dan Mrs. Enje sangat senang karena tak seorang pun siswa yang menyontek PR teman, seperti yang biasanya dilakukan beberapa orang temanku seperti Agus, Herman, Sandy, Rudi dan Bambang. Tapi aku tahu ini pastilah pengorbanan Hendri, Yoga, Bagas, dan chia yang memang cukup mahir dalam pelajaran bahasa Inggris. Mereka lah yang harus bekerja keras membuat banyak Haiku untuk anak-anak malas itu. Kalau mereka menolak, maka mereka akan mengalami nasib yang sama denganku, dikucilkan dan dibulli.
Manalah mungkin mereka bisa bertahan dengan perlakuan anak-anak malas itu. Kalau bukan karena wasiat terakhir ayah, akupun takkan sanggup. Sungguh berat melepaskan masa-masa indah di SMK ini…masa yang takkan pernah terulang lagi. Kutuliskan bait-bait Haiku tanpa banyak berpikir.  Tanganku seolah punya otak sendiri dan menuliskan pikirannya dengan lancar.
Cheating is easy
Learning takes very long time
You have the choice

If honesty wins
You will take remedial
May you regret it?

If honesty wins
You won’t have friends to play
The price you must pay

If honesty wins
Be ready to be alone
I miss you daddy

Menulis Haiku yang terakhir aku tak kuat lagi menahan air mata. Sekuat tenaga aku bertahan namun tetes pertama bergulir dan diikuti tetes-tetes berikutnya. Mrs. Enje menatapku dan memberi isyarat agar aku keluar, untunglah aku duduk di bangku paling depan dan di pojok sehingga teman-temanku yang sedang asyik merevisi haiku pun tidak melihatku. Kubasuh mukaku dengan air namun air mataku belum berhenti menetes dan bercampur dengan air. Aku sangat sangat sangat merindukan ayah….

Saat aku kembali ke kelas, semua siswa sudah keluar. Mrs. Enje masih duduk di mejanya memandangku dengan iba, berdiri, berjalan menghampiriku, menatapku penuh pengertian dan menepuk bahuku. “Melakukan hal yang baik, selalu banyak tantangan. I’m so proud of you, because you try very hard. Ibu tahu ini sangat berat, nak. Bertahanlah dan tetap berjuang, meski itu tidak mudah.”
“Ibu tahu yang terjadi?” kuberanikan bertanya.
“Tadinya ibu hanya menduga-duga, dan hari ini ibu yakin dugaan ibu benar. Setelah membaca Haiku yang kamu buat dan mendengar cerita Chia, kini jelas sudah semuanya.”
“Chia? Apakah tadi ibu bertanya paadanya?” jantungku berhenti berdetak. Menyebut namanya benar-banar membuatku gugup.
“Chia menawarkan diri untuk menyapu kelas dan setelah semua temanmu pergi dia ceritakan tentang kalian semua. Maaf Alief, mungkin ibu tidak bisa berbuat banyak untuk membantumu. Tolong jangan menyerah, karena kelak kau pasti akan menyesalinya. Bersikaplah sesuai dengan hati nuranimu.”
“InshaAllah, bu. Saya ingin menepati janji saya pada ayah. Terimakasih bu, saya permisi.”


Cepat-cepat aku meninggalkan Mrs Enje yang masih termangu. Aku lupa bahwa aku harus membaca Haiku yang kubuat karena tiba-tiba aku merasa sangat ingin melihat chia. 

to be continued

Comments

Popular posts from this blog

Indonesian Vegetables

A Magic Leaf Called 'Sambung Nyawa'

Khasiat Daun Pulutan